Barikan dan Mapak
Tanggal kerap dilakukan oleh warga Dukuh Krajan RW.05 Desa Cabak Kecamatan Tlogowungu
Kabupaten Pati untuk menyambut malam 1 suro (Bulan Jawa). Hal ini dilakukan
pula oleh Warga Desa lainnya di Seluruh Kabupaten Pati pada umumnya.
Barikan pada
umumnya terdapat bermacam-macam suguhan yang dikemas dalam satu wadah untuk di
bancaki olrh sesepuh wilayah.
Mereka
menggelar ritual di Perempatan RW.05
Desa Cabak dengan makan Bersama dari ambengan para warga yang di bawa dan
dikumpulkan di Perempatan RW.05 untuk di makan Bersama, yang sebelumnya tak
pernah dilakukan, dan baru kali ini kegiatan syukuran itu dilaksanakan. Dengan
tujuannya untuk meningkatkan kerukunan sekaligus mencintai lingkungan sekitar.
Suro dimaknai
sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa-Islam. Penyebutan kata 'suro'
bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah. Kata tersebut
berasal dari kata 'Asyura' dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin
Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung. Ada pula sebagian warga yang menanti kedatangan bentuk Bulan Sabit sebagai tanda hadirnya 1 Suro ditempat yang terbuka.
Namun
Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka,
tujuannya dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat
Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan
(Kejawen) dan Putihan (Islam).
Di Indonesia, malam 1 Suro adalah sebuah budaya
Jawa identik dengan suasana sakral dan mistisnya.
Makna malam 1 suro bagi orang Jawa di beberapa
daerah mengenai bulan Suro diartikan sebagai bulan yang menyeramkan, seperti
penuh bencana dan bulannya para makhluk gaib. Beberapa orang juga masih
mempercayai dengan berbagai macam mitos yang pantang untuk dilanggar, seperti
larangan malam 1 Suro untuk keluar rumah dan masih banyak lagi yang lain.
Cara yang biasa digunakan masyarakat jawa untuk
berintrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
Sepanjang bulan Suro masyarakat jawa meyakini untuk
terus bersikap eling (ingat) dan waspada.
Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya
sebagai ciptaan Tuhan.
Sedangkan waspada berarti manusia juga harus
terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan. Karenanya dapat dipahami jika
kemudian masyarakat jawa pantang
melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro.
Pada Tahun-tahun sebelumnya,
tiap kegiatan mapak tanggal digelar acara untuk melekan dengan kegiatan campursari
dan kegiatan lain untuk memeriahkannya. Namun dalam tahun ini berbeda karena
adanya Pandemi Covid-19. Har-2021
Link Video Mapak Tanggal 1 Suro
0 Response to "TRADISI BARIKAN MAPAK TANGGAL MALAM 1 SURO"
Posting Komentar
HAK JAWAB DAN KOREKSI BISA DIKIRIMKAN KE EMAIL KAMI ATAU BISA DITULIS DI KOLOM KOMENTAR