Terpisah, tersembunyi dari dukuh lainnya. Krakeh adalah salah satu dukuh di Desa Lahar Tlogowungu Pati yang menjadi sentra industri anyaman bambu “gedek”.
Perdukuhan kecil yang
sekeliling diapit oleh tanah tegal dan persawahan itu sejak 50 tahun lalu telah
menghasilkan kerajinan anyaman bambu “gedek” yang produknya sudah banyak
dimanfaatkan oleh warga kabupaten Pati, karna pemasarannya hampir merata di
seluruh kecamatan yang ada di Pati.
Menurut penuturan Shodiqin
(43) Perangkat Desa Lahar yang kebetulan penduduk asli dukuh Krakeh, kepada
kaderdesa.com mengungkapkan bahwa penduduk Krakeh sudah sejak tahun 1970 menggeluti
bisnis “gedek”.
Shodiqin melanjutnya bahwa dari 23 KK 90 persen di antaranya memang sehari-hari kesibukannya menyulap batang bambu menjadi lembaran-lembaran gedek. Penduduk asli kelahiran Krakeh, baik tua muda, pria muda, hampir semuanya menguasai teknik menganyam “gedek”, dalam sehari satu orang bisa menghasilkan satu lembar “gedek”.
Pemasaran
Selain diambil langsung oleh
pembeli dari luar daerah, produk anyaman bambu “gedek” warga Krakeh juga dijual
secara keliling. Kebanyakan dipasarkan di wilayah kecamatan Trangkil, Juwana,
dan Batangan untuk pembuatan gudang garam di sekitar tambak.
Harga
jual “Gedek” tergantung fluktuasi pasar, antara 70 sampai 130 ribu rupiah. Bila musim tebang tebu tiba harga relatif
mahal karna sebagian pengrajin “gedek” lebih memilih ikut tebang tebu yang
penghasilannya lebih besar, otomatis “gedek” menjadi langka, terang Ahmad
Zarkasy (29) salah seorang penduduk asli Krakeh.
Daya beli dan jumlah
permintaan juga mempengaruhi harga, dimana bila permintaan “gedek” meningkat
maka tidak disia-siakan oleh para penjaja “gedek” untuk meraup untung yang
lebih besar (pen).
0 Response to "Krakeh, Sentra industri anyaman bambu “Gedek” di Kabupaten Pati"
Posting Komentar
HAK JAWAB DAN KOREKSI BISA DIKIRIMKAN KE EMAIL KAMI ATAU BISA DITULIS DI KOLOM KOMENTAR